[ad_1]
Harakah.id – Aceh abad ke-17, Kesultanan di Aceh memiliki sejumlah sultanah (sultan perempuan) secara berturut-turut hingga empat generasi. Mereka adalah Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin (1641-1675), Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (1675-1678), Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (1678-1688) dan Sri Ratu Kamalat Syah (1688-1699).
Inilah 4 Generasi Pemimpin Muslimah dari Aceh Abad 17. Kepemimpinan adalah soal perebutan kuasa. Tidak selalu perebutan kuasa itu terjadi antar kaum lelaki. Perebutan kuasa juga dapat terjadi antara kaum lelaki yang bersaing dengan kaum perempuan. Ada situasi dimana kaum lelaki berhasil menguasai. Tetapi, dalam periode perpolitikan tertentu, ada kaum perempuan yang berhasil menembus pucuk kepemiminan di masyarakat.
Dalam suasana ketika patriarkhisme mendominasi cara pandang masyarakat, kepemimpinan perempuan seringkali dianggap sebelah mata. Kaum perempuan dinilai tak punya daya pikir, kecakapan management, serta kepantasan sosial untuk menjadi seorang pemimpin.
Sejarah Islam di Nusantara menunjukkan pengalaman yang berbeda. Dimana muncul sejumlah pemimpin perempuan Muslim yang menjadi puncak kepemimpinan suatu kerajaan Islam. Dalam konteks ini, kita bisa melihat sejarah Islam di Aceh abad ke-17.
Aceh abad ke-17, Kesultanan di Aceh memiliki sejumlah sultanah (sultan perempuan) secara berturut-turut hingga empat generasi. Mereka adalah Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin (1641-1675), Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (1675-1678), Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (1678-1688) dan Sri Ratu Kamalat Syah (1688-1699).
Sejarah para sultanah di Aceh ini telah ditulis oleh beberapa orang sarjana terkemuka di antaranya HM. Zainuddin dalam buku “Tarich Atjeh dan Nusantara” (1961) dan A. Hasjmy dalam “59 Tahun Atjeh Merdeka di Bawah Pemerintahan Ratu” (1977), dan Ito Takeshi dalam disertasinya “The World of the Adat Aceh A Historical Study of the Sultanate of Aceh” (1984).
A.Hasjmy dalam pengantar bukunya mengatakan, “Kemudian daripada itu, ingin hendak saya jelaskan penampilan kembali perjuangan Ratu Tajul Alam Saflatudin, Ratu Nurul Alam Nakiatuddin, Ratu Zakiatuddin dan Ratu Kamalat Syah adalah bertujuan untuk menyatakan kepada dunia bahwa sejak berabad-abad yang lalu wanita Indonesia telah mendapat hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria, terutama berkat ajaran Islam yang semenjak tahun 173 H. (400 Masehi) telah menjejakkan kakinya di Bumi Indonesia (59 Tahun Atjeh Merdeka di Bawah Pemerintahan Ratu, 1977).
Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675)
Ratu Tajul Alam Safiatuddin berkuasa pada tahun 1641-1675. Nama asilnya Puteri Sri Alam binti Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Aceh mencapai kemajuan yang sangat pesat, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada zaman pemerintahannya, terdapat dua orang ulama penasehat negara (mufti) yaitu Syekh Nuruddin al-Raniri (w. 1658 M.) dan Syekh Abd Rauf Singkil (1615-1693 M.).
Pada masa kekuasaannya, terjadi pergolakan karena ada kelompok yang menolak kepemimpinan perempuan. Menurut catatan HM Zainuddin dalam buku Tarikh Atjech dan Nusantara, Syaikh Nuruddin al-Raniri diculik dalam pergolakan tersebut dan mayatnya ditemukan di daerah Aceh Kuala. Pergolakan mereda setelah Syekh Abdu Rauf Singkil memberikan dukungan kebolehan pemimpin perempuan.
Atas permintaan Ratu, Syekh Nuruddin menulis buku berjudul “Hidayatul Imam” yang berisi tata kelola kepentingan rakyat umum. Atas permintaan Ratu pula, Abd Rauf Singkil mengarang buku bernama “Mir’athut Thullab.” Buku ini untuk menjadi pedoman bagi para hakim negara dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ratu Safiatuddin bukan saja mengutamakan kesejahteraan negerinya tetapi juga berusaha menjalankan pemerintahannya sesuai dengan hukum Islam (A. Hasjmi, 59 Tahun Atjeh Merdeka, h. 110).
Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (1675-1678)
Ia adalah ratu Muslimah yang menghadapi tantangan yang lebih berat. Ia harus menghadapi ancaman dari eksternal, yaitu kolonial Eropa seperti Belanda, Inggris dan Portugis. Di sisi lain, konflik internal juga terjadi ketika komunitas Wujudiyah menyebarkan ajarannya. Selain itu, terdapat pula kelompok yang menentang pemerintahannya. Perlawanan terhadap pemerintahannya dilakukan melalui sabotase serta pembakaran kota Aceh. Akhirnya, pemerintahan Ratu Nurul Alam Naqiatudin digantikan oleh ratu Zakiatuddin, sebagai ratu Aceh ketiga.
Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (1678-1688)
Memegang tampuk kekuasaan, Ratu Zakiatuddin melanjutkan kebijakan pendahulunya, termasuk menindak keras kelompok Wujudiyah. Akan tetapi, pada tahun 1688 M, ia wafat. Kekuasaannya kemudian digantikan oleh Sultanat Kamalat Syah (1688-1699).
Dalam kitab Bustanus Salatin, Ratu Zakiatuddin Inayat Syah mempunyai nama asli Putri Raja Setia Binti Sultan Muhammad Syah. Tapi setelah dinobatkan sebagai ratu ia mendapat gelar Paduka Seri Sultanah Inayat Syah Zakiatuddin Syah Berdaulat Zillullah Fil Alam.
Sultanat Kamalat Syah (1688-1699)
Ratu Zakiyatuddin meninggal pada 1688. Kepemimpinannya kemudian digantikan oleh Sultanah Kamalat Shah yang memerintah hingga tahun 1699. Pemerintahan Kamalat Shah mendapat perlawanan dari golongan Orang Kaya. Tidak seperti pendahulunya yang bisa diterima baik oleh masyarakat. Pihak oposisi menuntut agar kepemimpinan kerajaan diberikan kepada laki-laki. Menruut HM. Zainuddin, pada masa pemerintahan Ratu Kamalat Syah inilah terjadi perebutan kekuasaan dengan dalih bahwa perempuan tidak disahkan menjadi raja (Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, h. 46).
Pada tahun 1699, Sultanah mengundurkan diri. Namun, ia mengundurkan diri bukan karena tuntutan itu, melainkan fatwa dari Mekkah yang menegaskan pemerintahan perempuan bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal hubungan Kerajaan Aceh dan para ulama saat itu baik-baik saja. Ia bahkan selama pemerintahannya mendapat bantuan dari para ulama, khususnya Qadli Malikul ‘Adil Syekh Abdurrauf Syiahkuala.
Demikian artikel “4 Generasi Pemimpin Muslimah dari Aceh Abad 17”. Semoga menambah wawasan kita bersama.
*Artikel ini merupakan hasil kerja sama Harakah.ID dengan Rumah KitaB dalam program Investing in Women untuk mendukung Muslimah bekerja.
[ad_2]
Sumber Artikel KLIK DISINI