[ad_1]
Harakah.id – Publik mengecam tindakan kekerasan tersebut yang dilakukan oleh pelaku MDS. Alih-alih pelaku bukan lahir dari keluarga biasa-biasa saja melainkan anak dari kalangan orang kaya yang terkonfirmasi sebagai pejabat Ditjen Pajak.
Mengawali tahun 2023 dengan harap-harap cemas. Beranda akun sosial media penuh dengan informasi kekerasan ferbal yang dilakukan secara sengaja, berkelompok sesuai dengan perannya; ada yang mendokumentasikan (video), menganiaya (tendangan dan pukulan keras) bertubi-tubi.
Aktor dibalik viralnya kekejaman yang dilakukan oleh remaja baru-baru ini ramai diperbincangkan publik berinisial MDS. Sementara korban kebengisan itu diketahui berinisial D.
Polres Metro Jakarta Selatan telah menetapkan MDS sebagai tersangka kasus kekerasan terhadap anak usia 17 tahun setelah terbukti melakukan pemukulan yang mengakibatkan korban koma, ditunjukkan oleh video yang beredar.
Publik mengecam tindakan kekerasan tersebut yang dilakukan oleh pelaku MDS. Alih-alih pelaku bukan lahir dari keluarga biasa-biasa saja melainkan anak dari kalangan orang kaya yang terkonfirmasi sebagai pejabat Ditjen Pajak.
Krisis moral seperti kebiasaan pelaku sering memamerkan mobil (rubicon) dan motor mewah yang dimiliki terekspos di akun sosialnya. Harta bukan jaminan kebahagiaan. Harta benda yang kita miliki bisa jadi hanya sebagai bukti bahwa kita bisa dan mampu membelinya. Lantas apakah perlu dipamerkan?
Orang yang belajar dan mengerti aturan moral bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia berasaskan Pancasila. Pada point kedua Undang-Undang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sila ini mengandung sebuah nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi hati nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan. Sila ini berlaku untuk diri sendiri, juga sesama manusia dan lingkungan sekitarnya.
Agama mengajarkan untuk rendah hati. Dalam Islam perilaku flexing amat terlarang. Salah satu anjuran dalam agama Islam sebagaimana Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman:18).
Allah SWT sangat tidak menyukai hamba-Nya yang memiliki sifat sombong dengan memamerkan harta kekayaannya. Jika Allah saja tidak suka melihat hamba-Nya yang suka pamer apakah tidak malu kita sebagai khalifah di bumi?
Hati nurani jika sudah rusak, maka ia berpotensi merusak segalanya. Nyawa orang lain bisa terenggut dengan cuma-cuma. Dalam posisi seperti ini, seolah-olah seperti kegiatan ringan yang dikerjakan saban hari secara mekanistis, tanpa melibatkan pikiran—hati jernih dan renungan yang panjang; seperti berkegiatan makan tahu goreng dadakan saja.
Pertanyaan besar yang bisa diambil pada kasus di atas adalah mengapa begitu mudah seseorang melakukan kekejian dan sadisme di ruang publik? Siapa yang paling bertanggung jawab memperbaiki moral kita?
Muhammad Sairi, Dosen Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[ad_2]
Sumber Artikel KLIK DISINI