[ad_1]

Pemilu 2024 sudah mendekati akhir, orang-orang yang akan menjadi pemimpin negeri ini juga akan segera terlihat. Sebagai masyarakat dan pemilih mereka, kita wajib mengingatkan tanggung jawab mereka saat menjadi pemimpin. Berikut khutbah Jumat terkait 5 tanggung jawab seorang pemimpin.

Khutbah Jumat: Ini 5 Tanggung Jawab Seorang Pemimpin

اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِينَ . اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلى نِعْمَةِ الإسْلَامِ وَالْاِيْمَانِ .وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْ جَعَلْتَنَا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وّالسَّلَامُ. وَأشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِين.

مَّا بَعْدُ عِبَادَ الله. فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا. أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الَّذِي رَحِمْنَا بِبِعْثَةِ مُحَمَّدٍ وَأَنْزَلَ عَلَى قَلْبِ حَبِيْبِهِ مُحَمَّدٍ:” أَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ”

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pemilu tahun 2024 sudah hampir usai. Dari data quick count dan real count KPU sudah mulai terlihat siapa-siapa saja yang akan mengemban amanah sebagai pemimpin Indonesia, baik sebagai wakil rakyat (DPR, DPD, DPR D) maupun Presiden-Wakil Presiden.

Sudah selayaknya kita sebagai masyarakat yang memilih mereka kembali mengingatkan tanggung jawab yang perlu mereka ingat dan laksanakan saat menjadi pemimpin.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Jika kita merujuk Al-Quran dan hadis, setidaknya ada lima hal yang perlu diperhatikan seorang pemimpin ketika sudah terpilih dan dilantik.

Pertama tentang Keadilan. Salah satu prinsip utama dalam Islam adalah keadilan. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar untuk memastikan bahwa keadilan ditegakkan dalam setiap aspek kepemimpinannya. Al-Quran mengatakan dalam Surah Al-Maidah [5:8]:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ۝٨

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sebagai saksi yang benar karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri, atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu akan keduanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena hendak menyelewengkan (kebenaran). Dan jika kamu memutar balikkan (kata) atau enggan memberinya (kesaksian), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S  Al-Maidah [5:8])

Prinsip keadilan ini juga berkaitan dengan anti nepotisme. Artinya setiap orang yang dipilih untuk mengemban sebuah amanah, baik menteri, maupun pejabat-pejabat yang lain, bukan semata soal perkawanan, atau bagi-bagi jabatan, melainkan juga soal kredibilitas. Hal ini bisa kita lihat dari keputusan Umar bin Khattab ketika tidak mau menjadikan anaknya sebagai salah satu kandidat penggantinya.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Poin yang kedua adalah memimpin dengan Hikmah dan keteladanan. Al-Quran menekankan pentingnya memimpin dengan bijaksana. Seorang pemimpin harus mempertimbangkan kepentingan umum dan mengambil keputusan berdasarkan hikmah.

Firman Allah dalam Surah An-Nahl [16:125]:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ ۝١

“Panggillah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Selain itu, seorang pemimpin juga harus memberi teladan. Seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi umatnya dalam kebaikan, integritas, dan akhlak yang mulia. Firman Allah dalam Surah Al-Mumtahanah [60:4]:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ

“Sesungguhnya telah ada teladan yang baik bagi kamu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.”

Pemimpin yang memberi keteladanan, ia akan selalu hidup dengan nilai-nilai yang baik, tidak korupsi, tidak bersikap culas, dan selalu membela rakyatnya. Semua keputusannya demi rakyatnya, bukan demi kelompoknya atau pribadinya sendiri.

Poin ketiga adalah Kesederhanaan dan Ketaatan kepada Allah. Seorang pemimpin sejati dalam Islam harus hidup dengan kesederhanaan dan mematuhi perintah Allah. Firman Allah dalam Surah Al-A’raf [7:31]:

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Dengan tidak berlebih-lebihan, seorang pemimpin ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh rakyatnya. Pemimpin yang bermewah-mewahan sejatinya bukanlah seorang pemimpin yang baik. Ia hanya memanfaatkan kekuasaannya untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya.

Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana menjadi pemimpin yang sederhana. Ketika suatu hari datang utusan dari negara lain, mereka tidak melihat Rasul sebagaimana para pemimpin yang lain, yang suka menghambur-hamburkan uang, bersolek dengan pakaian-pakaian mewah dan sebagainya. Rasul menjadi pribadi yang sederhana meskipun ia tengah menjadi pemimpin hebat di Arab saat itu. Hal ini juga diteladani oleh Umar bin Khattab saat menjadi khalifah.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Poin keempat adalah Bertanggung Jawab kepada Allah dan Umat. Seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab kepada Allah, tetapi juga kepada umat yang dipimpinnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته

“Seorang imam (pemimpin) adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya.”

Poin kelima, Menerima Kritik dan Nasihat. Seorang pemimpin yang baik adalah yang terbuka terhadap kritik dan nasihat. Rasulullah SAW sendiri sering menerima saran dari para sahabatnya dan memperbaiki kesalahan-kesalahannya.

Dengan memahami dan menginternalisasi prinsip-prinsip ini, seorang pemimpin dapat memenuhi tanggung jawabnya dengan baik di hadapan Allah dan umatnya. Kemampuan untuk menerima kritik dengan rendah hati adalah bagian penting dari kepemimpinan yang efektif dalam Islam.

Mari kita berdoa agar diberikan pemimpin yang amanah dan sayang pada rakyatnya.

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا

“Ya Allah! Janganlah Engkau jadikan pemimpin kami disebabkan dosa-dosa kami orang yang tidak takut kepada-Mu dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kami.”

Semoga kita semua dapat belajar dan mengambil contoh dari teladan Rasulullah SAW dalam menjadi pemimpin yang adil, bijaksana, dan melayani dengan tulus kepada umatnya. Aamiin.

Khutbah Jumat Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَر، وَأَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَر، وَاَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلإِنْسِ وَالْبَشَرِ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَر.أَمَّا بَعْدُ:فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْــمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ((إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ، يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا))

أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات،

اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَن، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر

Baca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.

[ad_2]

Sumber : Islami.co