[ad_1]

Setiap umat Islam diperintahkan untuk berdoa kepada Allah Swt. Selain sebagai media meminta seorang kepada Tuhannya, doa juga merupakan sebuah ibadah karena termasuk menjalankan perintah-Nya. Namun agar doa tersebut bukan hanya sekedar ibadah, alias doa tersebut dikabulkan ada beberapa kita-kiat dalam berdoa.

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 186 disebutkan “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Ibnu Katsir menerangkan bahwa sebab turunnya ayat ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnu Humaid Ar-Razi bahwa ada seorang penduduk Badui yang bertanya kepada Rasulullah.

“Wahai Rasulullah,apakah Tuhan kita dekat? maka kita akan bermunajat kepada-Nya; ataukah Dia jauh? maka aku akan menyeru-Nya,” Nabi Muhammad diam, tidak menjawab. Lantas Allah Swt. menurunkan ayat di atas.

Kemudian dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dari Anas bin Malik “Doa adalah pangkalnya ibadah”. Maksud pangkal di sini menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam Tanqih Al-Qaul al-Hatsits merupakan bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT dalam menjalankan perintah-Nya. Selain itu, doa juga merupakan sarana seorang hamba meminta apa yang dikehendakinya tentu dengan tujuan taqarrub.

Berikut ini kiat-kiat agar doamu dikabulkan Allah sesuai dengan ada berdoa yang diajarkan Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Amin Al-Banjari dalam kitab Bulugh al-Murad fi Majmu’ al-Aurad:

  • Bertaubat, ikhlas, menampakkan diri bahwa seorang hamba itu fakir dan miskin, merendahkan hati, khusyu’, suci dari hadas dan najis, menghadap kiblat, kemudian memuji kepada Allah Swt. dan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw
  • Memulai dan mengakhiri doa dengan nama Allah. Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dan Abu Daud bahwa lafaz yang mulia untuk mengagungkan Allah untuk berdoa akan dikabulkan. Lafaznya adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ الحَنَّان الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ

“Ya Allah, aku meminta kepadaMu dengan segala pujianMu. Tidak ada tuhan selain engkau sendiri, tidak ada sekutu bagiMu Dzat yang Maha penyayang lagi dermawan, pencipta langit-langit dan bumi, wahai yang agung dan Maha pengasih, wahai dzat yang maha hidup, wahai dzat yang maha berdiri sendiri.”

  • Hendaknya lebih mengutamakan yang dari keturunan Nabi, dan diamini oleh jamaah dengan keadaan menekuk lutut, mengangkat kedua tangan dalam keadaan terbuka hingga pundak
  • Hendaknya tidak memandang keatas langit, tidak memaksakan dengan irama, meminta dengan niat bersungguh-sungguh, dan mengulanginya secara ganjil seperti 3, 4, atau 7
  • Mengusap wajah ketika selesai berdoa
  • Bertawasul kepada Allah, para nabi, dan orang-orang shalih dengan suara yang lembut dan pengakuan atas dosa-dosa
  • Memperbanyak doa pada waktu mulia seperti lailatul qadar, hari arafah, bulan ramadhan, malam dan hari jumat, dan beberapa waktu dari duduknya imam hingga selesai shalat
  • Berdoa di tempat mulia seperti Mekkah dan sekitarnya: Multazam, di bawah mizab, zam-zam, shafa, marwah, tempat sa’i, di belakang maqam ibrahim, arafah, muzdalifah, mina tempat lempar jumrah, dan ketika melihat ka’bah
  • Pada waktu mustajab seperti waktu adzan, antara adzan dan iqamah, iqamah, ketika berada di shaf peperangan dan ketika perang, setelah shalat lima waktu, ketika sujud ketika imam sampai pada ayat وَلاَ الضاَّ لِيْنَ, ketika minum air zam-zam, pada waktu ayam berkokok, waktu berkumpul dengan orang-orang muslim, ketika memejamkan mayit, waktu tutun hujan, pada majelis dzikir, dan pada waktu-waktu ketaatan seperti ngaji dan khatam al-Quran.

Itulah beberapa adab yang harus dilakukan seorang muslim ketika ia berdoa menurut Syaikh Abdul Hamid, ulama kelahiran Sumatera yang sudah malang melintang di dunia pendidikan dari Mekkah hingga Hijaz. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

[ad_2]

Sumber : Islami.co