[ad_1]
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ تَفَرَّدَ بِالرُّبُوْبِيَّةِ وَالْأُلُوْهِيَّةِ كَمَالًا, وَاخْتَصَّ بِالْأَسْمَاءِ الْحُسْنَى وَالصِّفَاتِ الْعُلَى جَلَالًا وَجَمَالًا, أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَشْكُرُهُ عَلَى شَوَابِغَ نِعَمِهِ إِفْضَالًا, وَجَزِيْلَ عَطَآئِهِ نَوَالًا. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلهَ إِلاَّ اللّه وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِأَوْسَطِ شَرِيْعَةٍ وَأَكْمَلِهَا خِلَالًا. اللّهمَ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ, صَلَاةً وَسَلَامًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْد
فَيَا عِبَادَ اللّهِ, أُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّهِ. قَالَ اللّه تَعَالَى فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Hadirin jamaah sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. bertakwa dengan cara menjauhi segala larangan-Nya, dan semaksimal mungkin melaksanakan segenap perintah-Nya. Ketakwaan kepada Allah adalah sebuah keniscayaan, karena Dialah yang melimpahkan berbagai nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Nikmat yang tak terbatas. Nikmat yang mustahil bagi kita menghitung jumlahnya.
Kesehatan jasmani dan ruhani, lingkungan yang bersih dan asri, makanan dan minuman lezat dan bergizi, adalah sebagian kecil dari seluruh nikmat yang dilimpahkan oleh Allah kepada kita semua. Hanya saja, kita sebagai hamba-Nya kerap lalai untuk mensyukuri semua itu. Allah Swt. Berfirman dalam Qs. Al-A’raf/7: 10.
وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan Kami sediakan di sana (bumi) penghidupan untukmu. (Akan tetapi,) sedikit sekali kamu bersyukur.”
Allah Swt. menciptakan bumi sebagai tempat tinggal bagi makhluk-Nya, lalu menempatkan mereka di bumi sekaligus menyediakan berbagai kebutuhan hidup bagi mereka. Secara khusus, makhluk yang dimaksud dalam ayat adalah manusia.
Air yang jernih, udara yang segar, dan berbagai kenikmatan lainnya, telah disediakan oleh Allah untuk mereka manfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Sayangnya, manusia jarang bersyukur, sebagaimana ditegaskan pada penghujung ayat.
Hadirin yang berbahagia,
Salah satu bentuk perilaku tidak bersyukur yang berkaitan dengan bumi beserta segala fasilitas yang ada di atasnya adalah sikap tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan. Manusia secara sengaja maupun tidak sengaja melakukan tindakan merusak lingkungan.
Air yang semula jernih berubah menjadi keruh akibat limbah dan sampah yang dibuang sembarangan. Udara yang semula segar berubah menjadi panas dan penuh polusi akibat asap kendaraan bermotor, pembakaran hutan, maupun asap industri. Tanah yang semula subur berubah menjadi tandus akibat alih fungsi lahan yang serampangan, sehingga menyebabkan berkurangnya resapan air ke dalam tanah.
Padahal, Allah Swt. melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi. Allah Berfirman dalam Qs. Al-A’raf/7: 56,
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
Menurut penafsiran M. Quraish Shihab, maksud dari “setelah (bumi) diatur dengan baik” adalah Allah Swt. telah menciptakan bumi dengan keadaan yang sangat harmonis, serasi, dan memenuhinya dengan berbagai kebutuhan makhluk-Nya. Allah menjadikan bumi dalam keadaan baik dan teratur, serta memerintahkan hamba-Nya agar menjaga keteraturan itu.
Artinya, kepedulian terhadap kelestarian lingkungan adalah sebuah keniscayaan, karena hal itu merupakan perintah Allah, sebagaimana yang dapat dipahami dari larangan berbuat kerusakan di muka bumi. Bagaimana mungkin seorang hamba yang beriman dan bertakwa melakukan perusakan lingkungan, sementara dirinya mengetahui bahwa Allah yang menciptakan sekaligus menjadikannya baik dan teratur? Bukankah merusak sesuatu yang telah diperbaiki termasuk perbuatan kurang ajar?
Perlu diingat juga bahwa ketika kita umat manusia tidak mensyukuri nikmat yang berupa lingkungan, tidak menjaga kelestariannya dan bahkan merusaknya, maka kita sendiri yang akan menanggung akibatnya. Dalam Qs. An-Nisa/4: 147, Allah Swt. Berfirman,
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا ۔
Artinya, “Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”
Ayat yang telah dibacakan tadi mengingatkan kita agar senantiasa mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah. Jangan sampai Allah Swt. menimpakan azabnya karena kita tidak mensyukuri nikmat-Nya. Jangan sampai bencana seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan menimpa karena kita tidak menjaga kelestarian lingkungan.
Jamaah yang dirahmati oleh Allah,
Nabi Muhammad Saw. merupakan teladan yang sempurna bagi kita umat Islam. Dalam hal menjaga kelestarian lingkungan, Nabi menganjurkan umatnya untuk menanam pohon, menjaga kebersihan sumber air, serta melarang umatnya untuk membuang kotoran di sembarang tempat. Sudah seharusnya kita sebagai umat beliau juga menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Oleh karena itu, mari kita mulai membiasakan diri untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kita bisa memulainya dari hal-hal yang sederhana. Misalnya, menghabiskan makanan yang tersaji di hadapan kita, sehingga tidak meninggalkan sampah sisa makanan. Karena, sisa makanan yang terbuang itu dapat mencemari lingkungan, serta menimbulkan banyak penyakit.
Berikutnya, kita bisa menjaga lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan kantong plastik. Kita bisa melakukannya dengan membawa kantong atau tas belanja ketika hendak pergi ke pasar atau pusat perbelanjaan lainnya. Dengan mengurangi penggunaan sampah plastik, kita telah andil dalam mengurangi jumlah sampah yang dapat mencemari lingkungan.
Lalu, kita juga bisa melakukannya dengan cara membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya. Bukan membuangnya ke tepi jalan, ke selokan, ataupun ke sungai. Karena peilaku membuang sampah sembarangan memiliki konsekuensi yang besar. Lingkungan menjadi tidak sehat, bau busuk sampah membuat suasana tidak nyaman, dan ketika musim hujan bisa mengakibatkan banjir.
Sebelum menutup khutbah ini, khatib ingin mengutip kata-kata mutiara dari seorang ulama besar yang bernama Ibn ‘Athaillah as-Sakandari. Dalam kitab al-Hikam, ia berkata:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النِّعَمَ فَقَدْ تَعَرَّضَ لِزَوَالِهَا, وَمَنْ شَكَرَهَا فَقَدْ قَيَّدَهَا بِعِقَالِهَا
Artinya, “Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat Allah, maka sungguh ia ‘menantang’ lenyapnya nikmat itu. Sebaliknya, barangsiapa yang mensyukurinya, maka sungguh ia telah mengikatnya.”
بارَكَ اللّه لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ, إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ, وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّحِمِيْن
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رُسُلِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى, وَعَلىَ خَاتِمِهِمْ مُحَمَّدٍ الْمُجْتَبَى, وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَئِمَّةِ الْهُدَى, وَمَنْ بِهِمْ اقْتَدَى فَاهْتَدَى. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلَّا اللّه وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْد
فَيَا عباد الله, أُصِيْكُمْ وَإِيّايَ بِتَقْوَى اللّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللّه تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشّيْطَانِ الرّجِيْمِ, بِسْمِ اللّهِ الرّحْمنِ الرّحِيْمِ, ٰيآيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا, يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
أَعُوْذُ بِاللّه مِنَ الشّيْطَانِ الرّجِيْمِ. بِسْمِ اللّه الرّحمن الرّحِيْمِ. إِنَّ اللّه وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ آمَنُوْا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا. اللّـهُمَّ صَلّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كمَا صَلّيْتَ عَلَى سَيِّدِناَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيّدِنا إبراهيم وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِناَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سيّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ إنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيم. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. رَبَنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبّكَ رَبّ العِزّةِ عَمّا يَصِفُوْنَ, وَسَلَامٌ عَلىَ المُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للّه رَبّ العَالَمِيْن
عِبَادَ اللّه، إِنّ اللّه يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ القُرْبىَ وَيَنْهَي عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ, يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ تَذَكّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللّهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ, وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ, وَلَذِكْرُ اللّهِ أَكْبَرْ. أَقِمِ الصَّلَاةَ
Naskah khutbah Jumat lainnya dapat diakses di sini.
[ad_2]
Sumber : Islami.co