[ad_1]

loading…

Ada peringatan buat kaum muslimah agar berhati-hati dalam membelanjakan hartanya, karena kelak di akhirat, bukan hanya amal yang akan dihisab tetapi juga segala barang yang kita miliki seperti koleksi pakaian, sepatu, dan lainnya. Foto ilustrasi/ist

Ada peringatan buat kaum muslimah agar berhati-hati dalam membelanjakan hartanya. Mengapa demikian? Karena kelak di akhirat, bukan hanya amal yang akan di- hisab tetapi juga segala barang yang kita miliki seperti koleksi pakaian, sepatu, dan lainnya.

Seperti diketahui, di antara sifat kebanyakan kaum wanita adalah senang berbelanja . Apalagi bila melihat ada diskon atau sale besar-besaran, keinginan hati untuk berbelanja tak pernah bisa ditahan. Padahal, jujur saja terkadang barang yang akan dibeli tidak terlalu dibutuhkan, hanya tergiur ulasan diskon atau sale yang diberikan.

Yang terjadi, akhirnya banyak barang yang menumpuk. Bahkan, banyak pula barang yang sudah dibeli malah tidak pernah dipakai, dan menjadi tidak memiliki manfaat.

Rasulullah Shallalahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”. (HR. Tirmidzi).

Terutama tentang harta , kelak kita akan ditanya dari mana harta yang kita peroleh, untuk apa harta tersebut, ini menjadi kalimat yang perlu digaris bawahi.

Islam tidak pernah melarang seorang muslimah untuk membelanjakan hartanya dengan apa yang mereka sukai. Namun, apakah harta yang kita belanjakan akan menuntun kita pada kebaikan, atau justru sebaliknya? Seperti contoh, kita menyukai sepatu, bahkan sampai mengoleksinya. Tanpa sadar, banyak waktu yang tersita untuk memandangi atau merawat sepatu tersebut. Bukanlah hal tersebut sama saja dengan menghabisan waktu untuk hal yang sia-sia?

Selain itu, Islam pun mengajarkan untuk tidak boros dan mubazir. Sebisa mungkin kita harus menjauhi kedua sifat tersebut. Sebab, boros dan mubazir lebih dekat pada setan. Belajarlah untuk membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan yang memang bermanfaat. Sehingga kita tidak menumpuknya. Daripada barang-barang tersebut dibiarkan menumpuk, agar menjadi bermanfaat, lebih baik disedekahkan kepada orang yang lebih membutuhkan . Bukankah lebih baik menumpuk pahala daripada menumpuk barang-barang yang tak terpakai?

Allah Ta’ala berfirman :

(35) يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْأَحْبَارِ وَٱلرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلْبَٰطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۗ وَٱلَّذِينَ يَكْنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ

“…..Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (35) Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.” (QS. At-Taubah : 34-35).

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

‘Bersedekahlah para wanita, karena kebanyakan dari kalian itu menjadi bara api neraka Jahanam.’ Maka ada wanita bertanya, ‘Kenapa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Karena kamu semua seringkali mengadu dan mengkufuri suami.’Maka kemudian para wanita memulai bersodaqoh dan melemparkan gelang, giwang dan cincinnya ke pakaian Bilal.” (HR. Muslim)

Oleh karena muslimah, jadikan ini sebagai renungan, muhasabah untuk diri sendiri. Juga pengingat untuk orang-orang yang kita sayangi. Harta yang kita simpan adalah harta milik ahli waris kita. Sedangkan harta sejati kita yang akan menemani sampai kubur adalah harta yang kita sedekahkan.

Lihatlah bagaimana orang yang sudahmeninggal pun sampai memohon untuk dibangkitkan kembali agar bisa sedekah. Karena dia merasakan betapa beratnya beban hisab atas harta yang disimpan, dan ia juga melihat betapa besarnya pahala dari sedekah yang ia amalkan.

Allah Ta’ala berfirman :

وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; kemudian ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?” (QS. Al Munafiqun: 10)

Kita lihat contoh para sahabat dan orang-orang saleh terdahulu, mereka sangat berhati-hati dalam menggunakan harta yang dimiliki. Salah satu shahabat Rasulullah yang terkaya adalah Abdurrahman bin Auf.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah menggambarkan, bahwa ia (Abdullah bin Auf) akan masuk surga dengan merangkak, karena pertanggungan hartanya, kemudian banyak menyedekahkan hartanya. Namun, hartanya terus bertambah sampai beliau wafat dan meninggalkan warisan yang berlimpah untuk keluarganya.

Wallahu A’lam

(wid)

[ad_2]

Sumber Artikel KLIK DISINI