[ad_1]

loading…

Merayakan Hari raya Idul Fitri dengan menggelar atraksi permainan dan pesta yang halal termasuk hal yang dibolehkan dalam syariat. Foto ilustrasi/ist

Bersenang-senang pada Hari Raya Idulfitri termasuk hal yang dibolehkan dalam syariat. Bahkan Nabi Muhammad SAW membiarkan orang-orang Habasyah (Etiopia) menggelar atraksi permainan saat Hari Raya Id.

Kata Ustaz Farid Nu’man Hasan dalam satu kajiannya, selama pesta atau permainan yang dilakukan tidak melanggar syariat dan tidak membuat lupa akan kewajiban, maka hal itu tidak mengapa. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, berkata:

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, saat itu mereka memiliki dua hari untuk bermain-main. Lalu Beliau bersabda: “Dua hari apa ini?” Mereka menjawab: “Dahulu, ketika kami masih jahiliyah kami bermain-main pada dua hari ini.” Maka Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan buat kalian dua hari itu dengan yang lebih baik darinya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” (HR Abu Daud 1134, Ahmad 12006, Al-Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra 5918, Al-Hakim 1091, Abu Ya’la 3820)

Orang-orang Habasyah Menggelar Atraksi Permainan
Dulu di masa Nabi, orang-orang Habasyah (Etiopia) ikut merayakan Hari raya Idul Fitri dengan menggelar atraksi permainan. Dalam riwayat disebut mereka menari-nari dengan tombak, riwayat lain mengatakan bermain anggar.

Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita:

أَنَّ الْحَبَشَةَ كَانُوا يَلْعَبُونَ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عِيدٍ، قَالَتْ: فَاطَّلَعْتُ مِنْ فَوْقِ عَاتِقِهِ ، فَطَأْطَأَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْكِبَيْهِ، فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَيْهِمْ مِنْ فَوْقِ عَاتِقِهِ حَتَّى شَبِعْتُ، ثُمَّ انْصَرَفْتُ

Orang-orang Habasyah (Etiopia) mengadakan atraksi permainan di hadapan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pada hari raya. Aisyah berkata: “Aku pun menonton di atas bahunya dan Rasulullah merendahkan bahunya untukku, sehingga aku bisa melihat mereka di atas bahunya sampai aku puas, kemudian aku berpaling.” (HR Ahmad 24296, An-Nasa’i dalam As-Sunan Al Kubra 1798, dan Sunan An-Nasa’i 1594).

Sayyidah Aisyah juga bercerita:

دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الْأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ الْأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ قَالَتْ وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَمَزَامِيرُ الشَّيْطَانِ فِي بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَلِكَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا

Abu Bakar masuk ke rumah dan di hadapanku ada dua orang jariyah (budak remaja wanita) dari Anshar, mereka berdua sedang bernyanyi dengan syair yang mengingatkan kaum Anshar terhadap hari Perang Bu’ats.” Dia (Aisyah) berkata: “Mereka berdua bukanlah penyanyi.” Lalu Abu Bakar berkata: “Apakah seruling-seruling setan ada di rumah Rasulullah?” Saat itu sedang Hari Raya. Maka Rasulullah bersabda: “Wahai Abu Bakar, setiap kaum ada hari rayanya, dan hari ini adalah hari raya kita.” (HR Al-Bukhari 952, Muslim 892). Imam Muslim menambahkan bahwa dua jariyah ini memainkan duff atau rebana.

Dalam riwayat lain ada tambahan:

دعهن يا أبا بكر فإنها أيام عيد فتعلم يهود أن فى ديننا فسحة إنى أرسلت بحنيفية سمحة

“Biarkan mereka wahai Abu Bakar, sesungguhnya ini adalah hari raya, agar orang Yahudi tahu bahwa pada agama kita ada kelapangan, dan aku diutus dengan membawa agama yang hanif lagi lapang.” (HR Ahmad 24855)

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah: “Melakukan permainan yang dibolehkan, gurauan yang baik, nyanyian yang baik, semua itu termasuk di antara syiar-syiar agama yang Allah tetapkan pada hari raya, untuk menyehatkan badan dan mengistirahatkan jiwa.” (Fiqhus Sunnah, 1/323)

(rhs)

[ad_2]

Sumber Artikel KLIK DISINI