[ad_1]

loading…

Prinsip Nazisme berhaluan keras telah mewarnai sepak-terjangnya untuk mempersiapkan diri menghadapi perang. Foto/Ilustrasi: Ist

Adolf Hitler (1889 – 1945) adalah Ketua Partai Nazi atau Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional. Tokoh kelahiran Austria ini menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak 1933 sampai 1945 dan diktator Jerman Nazi mulai tahun 1934 sampai 1945. Hitler menjadi tokoh utama Jerman Nazi, Perang Dunia II di Eropa, dan Holocaust .

Penolakan Inggris atas ajakan Hitler untuk bekerja sama dalam menghadapi komunisme internasional dan pemilih modal Yahudi , membuat Hitler sepenuhnya berpaling kepada golongan aristokrat militer Jerman, dengan mengambil prinsip dan rancangan mereka.

“Sejak itu Hitler berkeyakinan, bahwa satu-satunya jalan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Jerman dan membinasakan musuh-musuhnya adalah perang,” tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul “Yahudi Menggenggam Dunia” (Pustaka Kautsar, 1993).

Sejak tahun 1936 tahap kedua masa pemerintahan Hitler dimulai. Prinsip Nazisme berhaluan keras telah mewarnai sepak-terjangnya untuk mempersiapkan diri menghadapi perang.

Sementara itu, apa yang terjadi di Italia mirip dengan apa yang terjadi di Jerman. Akibatnya yang wajar, Hitler tertarik untuk mendekati Mussolini, yang akhirnya keduanya membentuk poros Berlin-Roma.

Spanyol merupakan medan percobaan bagi kekuatan yang bertikai di Eropa, yaitu Hitler dan Mussolini berpihak kepada kaum nasionalis. Perang saudara tersebut berakhir pada bulan Juli 1936 dengan kemenangan di pihak jenderal Franco kemudian tampil sebagai pemimpin baru di Spanyol.

Kaum nasionalis di Spanyol yang didukung oleh Hitler dan golongan Kristen tidak bisa mengelakkan permusuhan antara Hitler dan gereja Katolik, sejak Hitler memihak dan bergandengan tangan dengan golongan aristokrasi militer Jerman.

Kasta ini berpegang pada paham atheisme dalam sepak terjangnya, yaitu menjadikan negara Jerman dan prinsip supremasi ras Arya sebagai Tuhan.

Para tokoh Protestan bergabung dengan gereja Katolik untuk menghadapi langkah-langkah Hitler. Gabungan ini terjadi karena terpanggil untuk menentang paham atheisme yang dijadikan pegangan oleh golongan Nazi ekstrem itu.

Kala itu, Italia juga diwarnai pertikaian tentang perebutan tanah jajahan antara Italia di satu pihak serta Inggris dan Prancis di pihak lain.

Kesamaan Mussolini di Italia dengan Hitler di Jerman merupakan sekutu alami dalam menghadapi setiap tantangan musuh. Persekutuan poros Nazi-Fasisme terungkap dengan jelas ketika Italia dan Jerman terlibat dalam perang saudara di Spanyol, yang keduanya memihak jenderal Franco, yang akhirnya Francolah yang menang.

Demikianlah awal wajah poros Berlin-Roma. Pada mulanya Hitler dan Mussolini mengira, bahwa jenderal Franco segera akan bergabung ke dalam persekutuan mereka setelah menang perang itu.

Namun pandangan politik Franco yang lebih banyakdi pengaruhi oleh keyakinan ajaran agama Kristen yang dianutnya, telah menjadi penghalang untuk bergabung bersama. Franco tetap bersikap seperti ini, meskipun berkali-kali mendapat tekanan dari Hitler dan Mussolini.

Dengan demikian, kepercayaan yang dipegang teguh telah menjauhkan negerinya dari kancah perang yang menghancurkan. Kemudian poros Berlin-Roma mengalihkan perhatiannya ke Timur Jauh.

(mhy)

[ad_2]

Sumber Artikel KLIK DISINI