[ad_1]

loading…

Membaca doa Qunut ketika sholat Shubuh sangat dianjurkan dalam Mazhab Syafii dan Maliki. Foto/ist

Membaca doa Qunut ketika sholat Shubuh sangat dianjurkan dalam Mazhab Syafi’i dan Maliki. Hanya saja Maliki membacanya dengan sirr (tidak mengeraskan suara) sebelum rukuk. Sedangkan Mazhab Hanafi dan Hanbali tidak membaca Qunut pada sholat Shubuh.

Bagaimana jika jamaah yang bermazhab Syafi’i bermakmum dengan imam yang tidak membaca doa Qunut ? Apakah perlu membaca doa Qunut yang redaksinya lumayan panjang itu (Allahumahdinii fiiman hadait, wa ‘aafinii fiiman ‘aafait, wa tawallani fiiman tawallait, dan seterusnya)? Berikut penjelasan Ustaz Amru Hamdany, Dai yang menuntut ilmu di Al-Azhar Kairo.

Untuk yang bermazhab Syafi’i dan bermakmum dengan imam yang tidak Qunut Subuh, ada 3 opsi yaitu:

1. Qunut sendiri (dan ini sunnah, jika yakin dapat mengejar imam di sujud pertama).
Caranya agar tidak membuat gaduh awam adalah jangan angkat tangan dan baca doa singkat apapun plus sholawat dan salam kepada baginda Nabi ﷺ, beserta keluarga, dan para sahabat beliau.

Contoh doanya:

اللهم اغْفِرْلِي يَا غَفَّارُ وارْحَمْنِي يَا رَحِيمُ

Allahummaghfirlii Yaa Ghoffaaru warhamnii Yaa Rahiim.

Doa pendek seperti ini ditambah sholawat tidak memerlukan waktu yang lama, sehingga insya Allah bisa mengejar imam di sujud pertamanya.

Qunut itu asalnya bisa dari doa apapun. Kemudian ada khilaf di antara para ulama apakah harus ditambah pujian (الثناء) atau tidak. Agar keluar dari khilaf, maka kita tambahkan Ya Ghaffar dan Ya Rahim di doa itu sebagai pujian.

Jika ingin berdoa seperti doa biasa yg agak panjang, boleh saja selama yakin dapat mengejar imam di duduk di antara dua sujudnya.

2. Sujud Sahwi sendiri setelah imam salam.

3. Niat mufaroqoh, dan melakukan Qunut sendiri.
Di antara udzur dibolehkannya mufaroqoh saat sholat jamaah adalah jika imam tidak melakukan sunnah-sunnah maqshudah seperti tasyahhud awal dan qunut ini.

Jika makmum mengikuti imam yang tidak qunut dan tidak melakukan semua opsi ini sholatnya tetap sah. Sebab qunut bagaimana pun juga hukumnya tetap sunnah.

Wallahu A’lam

Referensi:
Kitab Mu’nis al-Jalis Syarh al-Yaqut al-Nafis Syaikh Al-Faqih Musthafa Abdul Nabiy As-Syafi’i

(rhs)

[ad_2]

Sumber Artikel KLIK DISINI