[ad_1]
Harakah.id – Dalam kitab Tanbîh al-Ghafilîn, Imam al-Faqih al-Samarkandi menyebutkan setidaknya ada lima hal yang harus diprhatikan oleh seseorang yang brusaha agar usahanya selalu mendapat keberkahan.
Dalam menjalani kehidupan didunia, manusia harus selalu berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai maknhuk yang selalu memiliki ketergantungan dengan materi, seperti makan, minum dan lainnya, maka kita harus senantiasa berikhtiyar untuk memperolehnya.
Islam tidak menuntut umatnya untuk mengabaikan urusan-urusan dunia demi mengejar akhirat. Meskipun kehidupan akhirat adalah prioritas utama, islam tetap mengajarkan keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat. hal ini karena dunia merupakan wasilah untuk menggapai kebahagiaan di akhirat. dalam surah al-Qashah, Allah Swt. berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. Q.S. Al-Qashas [28]: 77.
Mengutip salah satu pendapat dari Imam Hasan al-Bashri dan Qatadah, Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa seorang muslim tidak seharusnya menyia-nyiakan bagiannya dari dunia. mereka diperbolehkan untuk mencari dan menikmati dunia asalkan dengan cara yang halal [Tafsîr al-Qurthubi, juz 13, hlm. 314].
Senada dengan keterangan tersebut, Syaikh Nawawi Banten menjelaskan bahwa melalui penggalan tersebut, ayat Allah swt. memerintahkan kita untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidup didunia. Jangan sampai kita mengabaika pekerjaan dunia karena sibuk dengan urusan akhirat [Marâh Labîd, juz 2, hlm. 206].
Berpangku tangan menunggu keberuntungan adalah sikap yang tidak diperkenankan dalam Islam. sebaliknya Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha semaksimal mungkin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh sahabat Abdullah bin Umar:
اِحْرِثْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا وَ اعْمَلْ لِأَخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup slamanya. Dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok. [al-Iqtidhâb fî Gharîb al-Muwatta’ wa I’rîbihi ‘ala al-Abwâb, juz 1, hlm. 280]
Dengan usaha yang sungguh-sungguh maka keberhasilan dan keuntungan yang akan dihasilkan juga semakin besar peluangnya. Sebagaimana pepatah mengatakan “usaha tidak akan menghianati hasil.”
Namun, hasil bukanlah menjadi satu-satunya patokan keberhasilan dalam sebuah usaha. Yang paling penting dalam sebuah usaha adalah keberkahan yang dihasilkan. sehingga setiap muslim dituntut untuk tidak sekedar mencari hasil yang banyak tetapi juga berkah.
Berkah sendiri oleh ulama diartikan sebagai زيادة الخير, artinya bertambahnya kebaikan. Usaha yang berkah berarti usaha yang mendaangkan hasil yang berkah pula dan tidak menjadi petaka bagi pemilik usaha tersebut. Sebab, tidak sedikit sebuah usaha terkadang mendatangkan keresahan dan bahaya bagi pemilik usaha tersebut. Usaha berkah akan selalu mencukupi kebutuhan si pemilik usaha meskipun usaha tersbut terbilang kecil.
Oleh karenanya, kita harus berdoa agar usaha yang kita lakukan termasuk usaha yang baik dan berkah. Selain berdoa, ada beberapa ikhtiar yang bisa kita lakukan untuk dapat memperoleh hasil usaha yang berkah.
Dalam kitab Tanbîh al-Ghafilîn, Imam al-Faqih al-Samarkandi menyebutkan setidaknya ada lima hal yang harus diprhatikan oleh seseorang yang brusaha agar usahanya selalu mendapat keberkahan. Keterangan dalam kitab tersebut sebagai berikut
قَالَ الْفَقِيهُ رَحِمَهُ اللَّهُ: مَنْ أَرَادَ أَنْ يَكُونَ كَسْبُهُ طَيِّبًا، فَعَلَيْهِ أَنْ يَحْفَظَ خَمْسَةَ أَشْيَاءَ. أَوَّلُهَا: أَنْ لَا يُؤَخِّرَ شَيْئًا مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ تعَالَى لِأَجْلِ الْكَسْبِ، وَلَا يُدْخِلُ النَّقْصَ فِيهَا. وَالثَّانِي: أَنْ لَا يُؤْذِي أَحَدًا مِنْ خَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى لِأَكْلِ الْكَسْبِ. وَالثَّالِثُ: أَنْ يَقْصِدَ بِكَسْبِهِ اسْتِعْفَافًا لِنَفْسِهِ، وَعِيَالِهِ، وَلَا يَقْصِدَ بِهِ الْجَمْعَ وَالْكَثْرَةَ. وَالرَّابِعُ: أَنْ لَا يُجْهِدَ نَفْسَهُ فِي الْكَسْبِ جِدًّا. وَالْخَامِسُ: أَنْ لَا يَرَى رِزْقَهُ مِنَ الْكَسْبِ، وَيَرَى الرِّزْقَ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى وَالْكَسْبَ سَبَبًا.
Al-Faqih rahimahullah berkata: barang siapa yang ingin usahanya bagus (berkah) maka hendaklah ia memelihara lima hal berikut:
- Jangan sampai menunda atau menyepelekan perkara-perkara yang difardukan oleh allah gara-gara sibuk bekerja
- Jangan menyakiti makhluk tuhan lainnya hanya karena kepentingan usahanya.
- Usaha yang dilakukan hendaklah diniati untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya (agar tidak menjadi beban orang lain). pekerjaan tersebut tidak diniati sebagai sarana untuk menumpuk harta yang banyak.
- Tidak membebani diri dengan usaha yang terlalu berlebihan dalam mencari rezkei.
- Tidak meyakini bahwa rezekinya murni dari usahanya sendiri, tetapi ia harus yakin bahwa rezeki itu dari Allah swt. sedangkan usaha hanyalah perantara. [Tanbîh al-Ghafilîn, hlm. 166]
Demikianlah kiat-kiat agar usaha kita mendapatkan kebaikah dan keberkahan. Semoga kita bermanfaat dan bisa kita amalkan bersama dalam setiap usaha yang kita lakukan. Aamiin.
Artikel kiriman dari Muhammad Zainul Mujahid, Mahasantri Mahad Aly Situbondo
[ad_2]
Sumber Artikel KLIK DISINI