[ad_1]
loading…
Rudal dengan hulu ledak nuklir. Foto/MintPress News
“Namun Israel telah menolak seluruh upaya internasional dan AS untuk menandatangani perjanjian atau membuka fasilitas-fasilitas nuklirnya bagi pengawasan internasional,” tulis Paul Findley, dalam bukunya berjudul “Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. – Israeli Relationship” yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi “Diplomasi Munafik ala Yahudi – Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel” (Mizan, 1995).
Alasannya jelas: sejak 1968, menurut CIA, Israel telah memiliki senjata-senjata nuklir.
Serangkaian laporan intelijen yang bocor dan cerita-cerita di balik berita sejak itu mengemukakan tentang kemajuan program nuklir Israel yang ambisius. Namun rincian asli dari program Israel baru diketahui publik pada 5 Oktober 1986, ketika Mordechai Vanunu, seorang pekerja yang tidak puas di Dimona, berbicara pada Sunday Times London.
Vanunu melaporkan bahwa Israel mempunyai “paling sedikit 100 hingga 200 senjata nuklir.”
Dia mengungkapkan bahwa Israel telah memproduksi senjata-senjata selama 20 tahun dan bahwa kini ia merupakan kekuatan nuklir terdepan. Tidak ada pejabat Amerika atau ahli fisika nuklir yang menyanggah deskripsi itu.
(mhy)
[ad_2]
Sumber Artikel KLIK DISINI