[ad_1]
loading…
Ada rahasia agung di balik anjurtan membaca surat Al Kahfi setiap jumat, yakni yang mengamalkannya akan terhindar dari kejamnya fitnah. Foto ilustrasi/ist
Menurut Ustadz Muhammad Faishal Fadhli, yang dimaksud dengan fitnah adalah ujian; ujian terberat dalam kehidupan. Mulai dari fitnah dalam beragama, fitnah harta, fitnah keilmuan, dan fitnah kekuasaan. “Semua itu dibahas satu per satu dalam surah ini.”ungkap dai yang rutin menggelar kajian online ini.
Berikut uraian penjelasan tentang jenis fitnah dalam Surat Al-Kahfi yang disampaikan Ustadz Muhammad Faishal Fadhli tersebut:
1. Fitnah dalam beragama
Fitnah ini tergambar dalam kisah Ashabul Kahfi (Lihat ayat 9—26). Menceritakan tujuh pemuda yang beriman, melarikan diri ke dalam gua, demi menyelamatkan akidah. 309 tahun lamanya mereka ditidurkan. Ditemani seekor anjing.
Kisah ini menjadi salah satu keajaiban yang belum ada duanya sepanjang sejarah manusia. Pesan moralnya: pegang teguhlah agama Allah, karena pertolongan-Nya senatiasa membersamai para hamba beriman.
2. Fitnah harta
Fitnah ini terdapat dalam kisah shahibul jannatain (pemilik dua kebun) anggur yang dikelilingi pohon-pohon kurma sebagai pagarnya. Di antara kedua kebun itu terdapat ladang. Allah alirkan air ke dalamnya.
Namun, sang pemilik kebun bersifat congkak, membanggakan kekayaan yang dimiliki. Ia berkata kepada temannya yang beriman tapi miskin, “Ana aktsaru minka maalan wa a’azzu nafaran.” Hartaku lebih banyak dibandingkan hartamu, dan para pengikutku lebih kuat.” (Lihat ayat 32—34).
Bukan hanya itu, si pemilik kebun yang merasa tatanan kebunnya itu luar biasa canggih dan rapi, mengira bahwa aset berharganya bersifat abadi. Lebih parah lagi, ia mengingkari datangnya hari Kiamat. (Lihat ayat 36—37).
Maka, kawannya yang beriman memberinya nasihat dan mengajarinya sebuah doa agar tidak jumawa. Setiap kali masuk kebun, berucaplah, “Maa sya’a Allah. Laa quwwatu illa billah.” (QS. Al-Kahfi: 39)
Kemudian, ending dari kisah ini: Allah menghendaki kebun anggur itu roboh, hancur, binasa. Barulah si pemilik kebun menyesali perbuatannya. (Lihat ayat 42).
Pesan moralnya: Allah memberi kekayaan kepada seseorang bukan dalam rangka memuliakannya, tetapi demi untuk mengujinya; apakah ia akan bersyukur atau berbuat kufur?
3. Fitnah ilmu
Hal ini sebagaimana tersirat dalam kisah Nabi Musa bersama Nabi Khidir ‘alahimas salaam (ayat 60—82).
Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan, suatu ketika, Nabi Musa ditanya oleh kaumnya, “Adakah yang lebih ‘alim darimu?” Kemudian Nabi Musa menjawab, “Tidak ada.”
Maka dari itu, Allah menegurnya dan memberitahunya bahwa ada seorang hamba yang Allah ridai, dikaruniai pengetahuan yang lebih dalam daripada Musa.
Maka demi mencari ilmu, dengan ditemani seorang pembantu, Nabi Musa rela menempuh perjalanan selama berpuluh-puluh tahun. Al-Quran menyebutnya dengan kata huquba yang dalam bahasa Arab tidak diketahui secara pasti berapa tahun, tapi bisa mencapai angka 80 tahunan.
Dalam kisah ini, Nabi Khidir mempunyai penglihatan dan pengetahuan yang jauh melampaui Musa.
Di antara pesan moralnya: masih ada langit di atas langit. Sehebat apapun Nabi Musa yang berhasil mengalahkan Fir’aun, masih ada Nabi Khidir yang mengetahui banyak hal yang luput dari pengetahuan banyak orang. Ilmu khusus yang Allah berikah kepada Khidir menjadi mukjizat yang membuktikan kenabiannya.
Dalam kisah ini, juga dapat dipetik hikmah: pentingnya perjuangan dan pengembaraan demi ilmu, dan berkhidmat kepada guru.
4. Fitnah kekuasaan
Seringkali, ketika seorang manusia diberi kekuasaan, ia berlaku zalim dan bertindak semena-mena. Bahkan ada yang terlalu melampaui batas sampai mendaku diri sebagai tuhan.
Nah, dalam surah al-Kahfi ini, Allah memberikan contoh penguasa yang ideal. Terkumpul dalam dirinya sifat-sifat kebaikan; adil, bijaksana, berpengetahuan luas dan gagah perkasa. Ia bernama Dzulqarnain penguasa dunia yang melegenda. Kisahnya terbentang mulai dari ayat 83 sampai ayat 98.
Ada sebuah teori yang mengaitkan Dzulqarnain dengan Alexander the Great dari Macedonia. Ada pula yang mendukung teori bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus Agung dari Persia.
“Apabila dipikir dalam-dalam, nama al-Kahfi untuk surah ini sangat tepat sekali. Bukan hanya karena memuat kisah yang bersangkutan dengannya. Tetapi, menyiratkan pesan bahwa al-Kahfi yang berarti gua, sering menjadi tempat tujuan untuk berlindung dari serangan fisik. Begitu pula surah al-Kahfi. Baginda Nabi sangat menganjurkan agar umatnya membaca surah al-Kahfi sebagai upaya untuk berlindung dengannya dari berbagai jenis bahaya fitnah, terutama fitnah Dajjal,”pungkasnya.
Wallahu A’lam
(wid)
[ad_2]
Sumber Artikel KLIK DISINI